
Jateng7.com.BOYOLALI– Para petani di sentra penghasil padi wilayah Kecamatan Banyudono, Boyolali, terpuruk. Ya, setelah sempat merasakan tingginya harga padi hasil panen, kini harganya anjlok.
Kelompok Tani Yang Tergabung Dalam Sentra Penghasil Padi(KTSPP) Banyudono, Kabupaten Boyolali Tersebut Sangat Mengeluhkan Situasi Tersebut.
Sebelumnya, para petani merasakan nikmatnya harga panen yang tinggi. Saat itu, harga tebasan padi di sawah mencapai Rp 8 juta-Rp 10 juta setiap pathok dengan luasan sawah berkisar 2.600 meter persegi.
“Namun saat ini harga tebasan padi di sawah tinggal separonya saja atau Rp 4 juta,” ujar Mujiman (58), seorang petani Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Senin (11/3-2024).
Dia menjelaskan, meski harga tebasan sudah disepakati dan mendapatkan panjar, dia masih was- was. Pasalnya, padi belum juga dipanen.
Jika dibiarkan, maka bulir padi akan terlalu tua dan banyak yang rontok di sawah. Apalagi curah hujan awal Maret ini masih tinggi.
“Untungnya, saya sudah dapat panjar Rp 500 ribu dari penebas,” tuturnya.
Keluhan serupa diungkapkan petani lainnya, Ismadi (59). Dia sudah menawarkan hasil panen dua pathok sawah garapannya kepada penebas.
Sayangnya, harga tebasan jauh dari harapan. Untuk dua pathok sawah, penebas hanya berani menawar Rp 8 juta.
“Padahal, panen yang dulu di akhir bulan November bisa laku Rp 8 juta per pathok. Lha, kok sekarang tinggal separonya saja,” kata Ismadi.
Dia menduga anjloknya harga padi hasil panen karena ada beberapa faktor. Antara lain, tingginya curah hujan sehingga penebas kesulitan mengeringkan padi yang dibeli dari petani.
Proses pengeringan membutuhkan waktu lebih lama sehingga biaya pun membengkak.
Selain itu, wilayah tadah hujan sudah mulai panen sehingga pasokan padi meningkat. Belum lagi, beras impor sudah mulai masuk pasaran. Kondisi tersebut turut menekan harga padi dari petani.
Di harapan pemerintah Ikut Memikirkan Solusi terbaik,agar Petani tidak merugi dan Hasil Panen padi dapat Di Beli oleh pemerintah Dalam hal ini Dinas Pertanian Dan Perdagangan Kabupaten Boyolali.
“Ya, memang petani tidak memiliki daya tawar. Meskipun sebenarnya harga beras di pasaran masih tinggi,” ungkap Ismadi.(jateng7.com./sbr KTSPP Banyudono ,Boyolali).







Comment